MAKALAH
SEJARAH RASULULLAH SAW
SEBAGAI PELETAK PERADABAN
ISLAM
Dosen Pengampu : Dwi Istiyani, M. Ag
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Disusun Oleh :
1.
Mukhammad Bukhori (2014114001)
2.
Miftah Farid Zaki (2014114015)
3.
M. Arif ‘Alimuddin (2014114027)
4.
M. Rif’an Yavie (2014114038)
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Sejarah Peradaban Islam dengan judul Sejarah Rasulullah SAW Sebagai Peletak Peradaban Islam.
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dwi Istiyani, M. Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta pada tim anggota kelompok satu yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Makalah Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah ini, disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang dibimbing oleh Ibu Dwi Istiyani, M. Ag. Dalam makalah dengan tema Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah ini, kami akan membahas tentang Peradaban Islam di Makkah dan Madinah.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah
dimasa yang akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan
suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Rasulullah SAW adalah seorang hamba Allah yang
berhiaskan budi pekerti luhur dan terpuji. Beliau sangat terkenal dikalangan
masyarakat Quraisy sebagai seorang kesatria, selalu teguh dan tepat memegang
janji, orang yang sangat baik dengan tetangga dan sangat santun, serta orang
yang selalu menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, rendah diri (tawadhu’),
dermawan, pemberani, jujur, dan terpercaya, sehingga mereka menyebutnya “Al-Amin”.
Beliau membenci penyembahan berhala, sehingga tidak pernah menghadiri kegiatan
yang diselenggarakan pada musim haji. Begitu juga dia tidak pernah minum arak
dan tidak pernah pula memakan hewan yang disembelih atas nama berhala serta
tidak pernah menghadiri tempat-tempat mesum.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Sejarah Nabi Muhammad sampai dengan Kerasulan?
2.
Bagaimana Masa Kerasulan
dan Dakwah Nabi?
3.
Kapan Berdirinya
Pemerintahan di Madinah?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk Mengetahui
Sejarah Nabi Muhammad SAW sampai dengan Kerasulan.
2.
Untuk Menelaah dan
Mengetahui tahapan-tahapan Dakwah Nabi.
3.
Untuk mengetahui
berdirinya pemerintahan di Madinah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Nabi Muhammad sampai dengan Kerasulan
Muhammad
lahir di Makkah, Pada Hari Senin tanggal 17 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan
tanggal 20 April tahun 571 M. Tahun kelahiran Nabi dikenal dengan Tahun Gajah, karena pada tahun itu pasukan Abrahah Al-Asyram dan pasukannya menunggangi
gajah menyerbu Makkah, dan ingin menghancurkan Ka’bah. Beliau lahir dari
keluarga miskin, tetapi terhormat dan disegani. Ayahnya bernama Abdullah ibn
Abdul Muthalib sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Pada waktu
dilahirkan, Muhammad dalam keadaan Yatim. Sang Ayah sudah meninggal dunia di
Madinah dan dikebumikan disana ketika beliau masih dalam kandungan.[1]
Kemudian Muhammad diasuh oleh beberapa ibu pengasuh, Beliau sempat diasuh oleh delapan pengasuh wanita, yaitu: Aminah ibu kandungnya, Tsuwaibah Al-Aslamiyah, Khaulah binti Al-Mundzir, Halimah As-Sa’diyah, ada lagi seorang wanita dari bani Sa’ad selain Halimah As-Sa’diyah dan juga ada tiga orang wanita suka relawan yang berbudi luhur, serta Ummu Aimah. Setelah dua tahun dalam asuhan ibunya, Aminah binti Wahab meninggal dunia dalam usia 30 tahun di suatu tempat bernama Al-Abwa’ yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Saat beliau memasuki umur 6 tahun, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknya meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan pamannya, saat itu Muhammad berusia 12 tahun, ia pergi ke Negeri Syam mengikuti pamannya dalam perjalanan dagang dan bertemu dengan seorang pendeta bernama Buhaira yang melihat ada tanda-tanda kenabian di dalam diri Muhammad.
Kemudian Muhammad diasuh oleh beberapa ibu pengasuh, Beliau sempat diasuh oleh delapan pengasuh wanita, yaitu: Aminah ibu kandungnya, Tsuwaibah Al-Aslamiyah, Khaulah binti Al-Mundzir, Halimah As-Sa’diyah, ada lagi seorang wanita dari bani Sa’ad selain Halimah As-Sa’diyah dan juga ada tiga orang wanita suka relawan yang berbudi luhur, serta Ummu Aimah. Setelah dua tahun dalam asuhan ibunya, Aminah binti Wahab meninggal dunia dalam usia 30 tahun di suatu tempat bernama Al-Abwa’ yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Saat beliau memasuki umur 6 tahun, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknya meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan pamannya, saat itu Muhammad berusia 12 tahun, ia pergi ke Negeri Syam mengikuti pamannya dalam perjalanan dagang dan bertemu dengan seorang pendeta bernama Buhaira yang melihat ada tanda-tanda kenabian di dalam diri Muhammad.
Pada usia 25 tahun Muhammad menikah dengan
Khadijah seorang janda kaya raya yang berusia 40 tahun. Khadijah tertarik
dengan Muhammad karena kejujurannya dalam membawakan dagangannya. Kejujuran dan
kepercayaan tersebut juga terbukti dalam perselisihan antar kaum dalam
meletakkakn hajar aswad ketika Ka’bah diperbaiki. Sejak saat itu, Muhammad
dijuluki “Al-Amin”
yang artinya dapat dipercaya. Dari pernikahan dengan Khadijah, dikaruniai enam
orang anak, yaitu:
Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
B. Masa Kerasulan dan Dakwah
Nabi
Pada masa kerasulannya, Muhammad merasa
prihatin dengan kegelapan umatnya yang banyak menyembah berhala, kemerosotan
moral oleh kaum Jahiliyah.
Menjelang usianya yang ke 40 dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari
kegaulan masyarakat, Beliau menyepi di gua Hira’ yang berada di puncak Jabal Nur diluar Makkah.
Usahanya untuk mendapat petunjuk dari Allah SWT berhasil, dengan datangnya Malaikat Jibril
pada Hari Senin tanggal 17 Ramadhan tahun 13
sebelum Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M
saat berusia 40 tahun.
Wahyu
yang pertama turun adalah surat Al-‘Alaq
ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ -١- خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -٢- اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ -٣- الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ -٤- عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ -٥-
1. Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Muhammad pun kemudian menceritakan kepada
istrinya Khadijah
yang kemudian menyelimutinya karena Muhammad merasa badannya menggigil. Pergilah
Khadijah ke Waraqah ibn
Naufal, seorang ahli kitab dan menerjemahkan bahwa Muhammad akan menjadi orang
pilihan dan akan menjadi Nabi
umat ini. Dengan turunnya wahyu pertama
ini, maka Muhammad telah diangkat menjadi Nabi
oleh Allah SWT. Nabi Muhammad juga disebut nabi yang “Ummi”, dalam arti tidak dapat
membaca dan menulis.
Kemudian selang beberapa waktu saat Nabi sedang tidur,
wahyu kedua turun kepada Nabi
Muhammad yaitu surat Al-Muddatstsir ayat 1-7:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ -١- قُمْ فَأَنذِرْ -٢- وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ -٣- وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ -٤- وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ -٥- وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ -٦- وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ -٧-
1. Hai orang
yang berkemul (berselimut),
2. bangunlah, lalu berilah
peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah,
6. dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Setelah dapat wahyu yang kedua
ini, Rasulullah diwajibkan untuk memanggil satu umat yang telah begitu rusak
kepercayaan serta akhlaknya yang begitu fanatik atas adat istiadat dan agama
berhala nenek moyangnya. Dengan berdakwah secara diam-diam dikalangan keluarga
dan sahabatnya, yang menjadi dasar dimulainya dakwah yaitu surat Al-Muddatstsir
ayat 1-7.[2]
Setelah itu semi terbuka, pada
tahap ini Rasulullah menyeru keluarganya dalam ruang lingkup yang lebih luas
berdasarkan surat Asy-Syu’ara ayat 214:
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ -٢١٤-
214. dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Kemudian secara berangsur-angsur kepada
masyarakat Arab pada masa itu. Dalam dakwah tersebut, orang yang pertama menerima
dakwahnya adalah Khadijah binti Khuwailid, setelah itu saudara sepupunya Ali
ibn Abi Thalib yang berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya
sejak masa kanak-kanak. Sesudah itu Zaid ibn Haritsah, bekas budak yang telah
menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak masih hidup, juga
termasuk orang yang pertama masuk Islam. Setelah itu, kemudian diikuti oleh
Utsman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Saad ibn Abi Waqash, Thalhah ibn Ubaidillah,
Abdur Rahman ibn Auf, Abu Ubaidah ibn Jarrah, Arqam ibn Abil Arqam, Bilal ibn
Rabbah, dan beberapa penduduk Makkah lainnya. Rasulullah mengajarkan Islam
kepada mereka di rumah Arqam ibn Abi Al-Arqam, mereka menjalankan ajaran agama
baru ini secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun lamanya. Setelah beberapa
lama dakwah tersebut dilakukan secara sembunyi, turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwah secara terbuka yakni
surat Al-Hijr ayat 94:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ -٩٤-
94. Maka sampaikanlah olehmu
secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Lalu Nabi berdakwah secara
terbuka sesuai ayat diatas, sejak saat itu Islam mulai menjadi perhatiaan dan
pembicaraan penduduk Makkah. Rasulullah terus meningkatkan kegiatannya dan memperluas
jangkauan seruannya, sehingga tidak lagi terbatas kepada penduduk Makkah,
melainkan kepada setiap orang yang datang ke Makkah terutama pada musim haji. Ketika
gerakan Rasulullah makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah banyak dan makin
tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan mengancam agama berhala dan
mencela kebodohan nenek moyang mereka. Orang-orang Quraisy terkejut dan marah,
mereka berusaha menghalang-halanginya.[3]
Belum sembuh kepedihan yang
dirasakan oleh Rasulullah akibat pemboikotan itu, Abu Thalib paman beliau, dan
Khadijah istri beliau wafat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan ‘Am
Al-Huzn yang berarti tahun kesedihan atau duka cita, dengan wafatnya dua
orang pembela Rasulullah yang setia itu. Orang-orang Quraisy semakin berani
melakukan penghinaan tehadap kaum Muslimin, bahkan penganiayaan terhadap
beliau. Kemudian Rasulullah mencoba pergi ke Thaif untuk menyampaikan dakwah
kepada para pemuka kabilah disana, namun upaya ini gagal dan mereka mengusir
beliau dari Thaif.
Pada saat menghadapi ujian berat, Rasulullah
diperintahkan untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid Al-Haram di Makkah
ke Bait Al-Maqdis. Disanalah Rasulullah menerima syariat akan kewajiban shalat
fardlu lima kali sehari semalam, peristiwa ini dikenal dengan Isra’ Mi’raj yang
terjadi pada malam 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian. Isra’ Mi’raj bertujuan
untuk memperkuat keimanan dan mengokohkan batin Rasulullah menghadapi ujian
berat yang berkaitan dengan misi risalahnya, juga menjadi batu ujian bagi kaum Muslimin.
Bagi kaum kafir Quraisy, peristiwa itu menjadi bahan untuk mengolok-olok
beliau, bahkan menuduhnya sebagai orang yang tidak waras. [4]
C.
Berdirinya Pemerintahan di Madinah
Kota
Yatsrib menjadi pusat Islam dan kaum Muslimin sesudah hijrahnya Rasulullah SAW,
serta terkenal dengan sebutan Madinatun Nabi (Kota Nabi) seperti yang telah kita
kenal sekarang ini dengan nama Madinah atau Al-Madinah Al-Munawwarah karena
disana terdapat makam Rasulullah SAW. Kaum Muslimin telah menjadikan tahun
kepindahan (hijrah) Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah sebagai awal
permulaan tahun bagi mereka, dan sebagai peringatan atas peristiwa besar
tersebut. Sementara mereka sebelumnya menjadikan kalender tahun terjadinya
peristiwa yang dialami mereka dengan sebutan tahun gajah (‘Am Al-Fil).[5]
Dengan hijrahnya Beliau ke Madinah, komposisi penduduk disana sudah terbagi menjadi tiga kelompok masyarakat, yaitu:
Dengan hijrahnya Beliau ke Madinah, komposisi penduduk disana sudah terbagi menjadi tiga kelompok masyarakat, yaitu:
1. Kaum
Muhajirin, mereka adalah orang-orang Muhajir yang pindah ke Madinah dari Mekkah demi
menyelamatkan agamanya.
2.
Kaum Anshar, mereka adalah penduduk asli Madinah yang masuk Islam, yang terdiri dari masyarakat Arab suku Aus dan
suku Khazraj. Mereka dinamai Kaum Anshar
karena menjadi penolong Nabi SAW atas orang-orang Quraisy.
3. Kaum Yahudi, mereka adalah
orang-orang yang eksistensinya di Jazirah Arab berakhir secara bertahap karena
terusir sebagai buah dari sikap dan perbuatannya kepada Nabi SAW dan kaum
Muslimin.
Rasulullah SAW dengan gemilang
meraih sukses dalam menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk Madinah, karena
dalam waktu yang relatif singkat, Beliau mendapat pengikut yang sangat banyak
dari mereka. Sebagaimana keberadaan di Madinah, Beliau juga telah berhasil
menanamkan perdamaian diantara sesama keluarga penduduk asli Madinah dan
mengikat perjanjian damai diantara Kaum Muslimin yang terdiri dari Kaum
Muhajirin dan Kaum Anshar dengan orang-orang Yahudi.
Keberadaan Rasulullah SAW di
Madinah telah mampu menjadikan dirinya sebagai pemimpin kelompok para pengikutnya
yang berjumlah cukup banyak, dan terus berkembang sebagai pemimpin serta
panglima yang selalu dicintai dan ditaati, Sehingga mereka tidak mengakui kepemimpinan selain kepemimpinannya tanpa
diwarnai oleh perasaan kaku atau takut melanggar atas kekuasaan yang diakuinya.
Demikianlah Rasulullah SAW menjalankan pemerintahan seperti yang mungkin dapat
dilakukan oleh pemimpin lain yang berdaulat.
Setelah tercipta ketenangan di
seluruh Jazirah Arab menyusul pengakuan keislaman dari kabilah-kabilah Arab yang
mencapai puncaknya, Rasulullah berencana menunaikan haji ke Baitullah. Pada
tanggal 25 Dzul Qa’dah 10 H yang bertepatan dengan tanggal 23 Februari 632 H,
beliau bersama dengan 100.000 sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju
ke Makkah. Pada tanggal 8 Dzul Hijjah beliau berangkat menuju Mina dan saat
fajar mereka berangkat ke Arafah.
Ketika tengah hari di Arafah,
beliau menyampaikan khutbah yang sangat penting, isi khutbah itu diantaranya:
a)
Larangan
menumpahkan darah kecuali dengan Haq, dan mengambil harta orang lain dengan
bathil, karena nyawa dan harta benda adalah suci.
b)
Larangan melakukan
riba’ dan menganiaya orang lain.
c)
Perintah
memperlakukan para istri dengan baik serta lemah lembut.
d)
Perintah untuk
menjauhi dosa dan perbuatan maksiat.
e)
Persaudaraan dan
persamaan derajat diantara manusia harus ditegakkan
f)
Hamba sahaya harus
diperlakukan dengan baik.
g)
Semua pertengkaran
diantara mereka di zaman Jahiliyah harus dimaafkan.
h)
Pembalasan dengan
tebusan darah sebagaimana yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenatkan.
i)
Umat Islam harus
selalu berpegang teguh pada dua sumber yang tidak akan pernah usang, yaitu
Al-Qur’an dan As-Sunah.
Pada
saat itulah turun wahyu yang terakhir, surat Al-Ma’idah
ayat 3:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٣-
3. Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Sekitar
tiga bulan sesudah menunaikan ibadah haji wada’ Rasulullah kembali ke Madinah,
beliau menderita sakit demam beberapa hari. Beliau menunjuk Abu Bakar untuk
menggantikan mengimani shalat jamaah. Pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal
11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M, Rasulullah menghembuskan nafas yang
terakhir kalinya, menghadap Allah SWT dalam usia 63 tahun. Tidak ada harta
benda berarti yang ditinggalkan beliau untuk keluarganya, kecuali Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang sangat berharga dan kelak tetap hidup sepanjang sejarah.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
kita mempelajari dan membahas tentang sejarah di Zaman Nabi Muhammad SAW dari
kelahiran Beliau sampai masa kerasulannya, sungguh banyak sekali hikmah yang
kita dapat. Beliau dengan penuh perjuangan, memperjuangkan agama Islam di
Jazirah Arab, pada saat bangsa Arab Jahiliyah dengan kemerosotan moralnya
hingga menjadi masyarakat yang berakhlak, dimana pada saat itu islam dalam masa keemasan
yang dipimpin oleh Rasulullah SAW, Rasulullah membangun seluruh kota-kota yang
berada di Jazirah Arab menjadi kota yang Berukhuwah Islamiyah tidak terkecuali
Makkah dan Madinah dan membangun masyarakat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam
dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Teras.
Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Maryam, Siti. 2013. Sejarah Peradaban Islam dari
Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi.
Hasan, Hasan Ibrahim. 2009. Sejarah
dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
[1] Khoiriyah, M.Ag, Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta:
Teras, 2012), hal. 31-33.
[2] Dr. Fatah Syukur NC,
M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), hal. 31-32.
[3] Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam dari Masa klasik hingga
Modern , (Yogyakarta: Lesfi, 2003), hal. 29-30.
[4] Ibid., hal. 33.
[5] Dr. Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 187-189.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar